Pakar asing memprediksi relasi Indonesia dengan Amerika Serikat dan China jika Prabowo Subianto menjadi presiden.
Peneliti senior untuk studi Asia Tenggara dari lembaga think tank Council on Foreign Relation (CFR) Joshua Kurlantzick menilai Prabowo bisa saja mengambil sikap lebih tegas ke China terkait isu maritim.

Penilaian itu muncul karena Kurlantzick memandang Prabowo punya pengetahuan soal keamanan regional dibanding presiden Indonesia saat ini Joko Widodo (Jokowi).
“Prabowo kemungkinan akan mengambil pendekatan yang lebih terhadap tindakan maritim China,” dia memaparkan.
Kurlantzick kemudian menulis, “[Prabowo juga] berupaya menjadikan Indonesia sebagai aktor keamanan yang lebih kuat secara regional dan global.”

Aktivitas kapal China di Natuna Utara sempat menjadi perhatian publik pada 2023. Ketika itu, Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) melalui Automatic Identification System (AIS) melaporkan kapal CCG 5901 berlayar di Laut Natuna, dekat ladang gas Blok Tuna.

IOJI juga menyebutkan kapal China beraktivitas di ladang minyak dan gas Vietnam Chim Sao sejak 30 Desember.
Prabowo baru-baru ini mencerminkan kekhawatiran dia terhadap perilaku maritim China dengan memuji kesepakatan kapal selam kemitraan trilateral antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AUKUS).

Di bawah pemerintahan Jokowi, Indonesia dianggap lunak terhadap China soal maritim. Pemerintah lebih fokus membuka keran investasi bagi Negeri Tirai Bambu.

Sebagai nasionalis, Prabowo berpendapat bahwa Indonesia layak mendapat peran lebih besar dalam lembaga-lembaga global.

Dia juga dinilai akan mendorong Indonesia untuk memberikan masukan yang lebih kuat dalam pertemuan global besar seperti G20, KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), dan acara serupa lain.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini