Hujan deras yang terjadi beberapa hari terakhir di Kabupaten Ngawi berdampak pada ratusan hektar pertanian yang terendam banjir, akibatnya petani terancam melakukan tanam ulang jika sampai tiga hari terendam.

Berdasar data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Ngawi, tercatat sebanyak 427 hektar lahan pertanian di 6 kecamatan terendam banjir akibat luapan Bengawan Madiun dan Bengawan Solo. Hal ini mengakibatkan tanaman padi yang baru berusia 7 hingga 21 hari terancam mati.

“ Kemarin Ngawi ada banjir, banjirnya itu yang parah  sehari semalam, tanam kami terendam banjir, ini di 6 kecamatan, yaitu ada 427 hektar. Padi kami yang baru berusia 7-21 hari. Akan tetapi di tepi sungai masih terendam itu akan rusak, “ ungkap Kadin DKPP Ngawi

Kepala DKPP Ngawi Supardi menjelaskan 6 kecamatan yang terdampak meliputi Kecamatan Kwadungan, Pangkur, Padas, Geneng, Ngawi dan Karanganyar. Hasil identifikasi dilapangan mayoritas lahan pertanian ini baru memasuki masa tanam, namun ada beberapa yang masih menunggu masa panen. Diakuinya untuk tanam padi yang baru tanam jika terlalu lama terendam air maka dikhawatirkan banyak akar yang busuk sehingga mati, sehingga petani harus melakukan tanam ulang. Rata-rata kebutuhan biaya tanam sendiri untuk satu hektar lahan diperkirakan mencapai Rp 4juta sampai Rp. 5 juta.

“ Kerugian petani untuk biaya tanam dan biaya benih, karena padi belum begitu kuat akarnya dan pasti busuk. Kira2 biaya tanam dibawah 5 juta.”

Hingga kini meski Ngawi terkenal sebagai lumbung pangan, namun keikutsertaan petani dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) masih rendah, pihaknya juga mendorong agar petani ikut asuransi karena jika terjadi gagal panen akibat bencana alam maka petani bisa mengajukan klaim atau ganti rugi. (Ehr)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini