Bupati Ngawi : Dengan akses darat yang mudah Titik api yang muncul, diketahui secara dini saat patroli

Bahananews,Ngawi – Gunung Lawu kini tak lagi hijau dan rindang pepohonan dengan berbagai jenisnya, namun yang terlihat abu kayu dan semak yang terbakar sejak awal bulan September 2023 lalu. Titik terbakar terjadi di hutan pinus masuk Desa Sidorejo, Sine, Kabupaten Ngawi. Selang 2 hari muncul titik api di hutan petak 38, BKPH Lawu Utara milik Perhutani Lawu Ds masuk Desa Girimulyo, Jogorogo. Diungkapkan oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBDP Ngawi Prilia Yuda Putra luasan akibat kebakaran mencapai dua hektar.


“ Titik pertama berhasil diantisipasi dan sebagai hasil kesigapaan petugas dibantu warga titik kedua berhasil diantisiapasi,” ungkap Prilia demikian panggilan akrabnya. (01/09)


Upaya petugas memakan waktu yang lama dalam menjinakkan si Jago Merah di petak 38 tersebut, dari pukul 18.00 hingga 03.00 WIB.
Kebakaran hutan di petak 33A dan 38 berhasil di antisipasi, akantetapi selang 3 hari kemudian muncul titik-titik api hingga Administratur KPH Lawu Ds Agus Ahmad Fadholi meminta kepada petugas dan relawan membuat sekat bakar sepanjang Cemoro Sewu hingga Ngawi di wilayah Kecamatan Sine.


“ Guna antisipasi kebakaran meluas, atas dukungan semua pihak membuat sekat bakar dari Ngawi hingga Magetan,” ungkap Adm KPH Lawu Ds Agus. (06/09)


Sekat bakar ini guna membatasi antara hutan lindung dan hutan produksi sehingga ekosistem hutan masih dapat di jaga dari meluasnya kebakaran hutan. Menjadi kakawatiran bila terdampak hutan pinus akan sulit di padamkan karena mengandung resin yang mudah terbakar.


“ Dengan adanya sekat bakar ini, setidaknya bisa menekan merambatnya api,”tambahnya.


Musim kemarau ditambah dengan el nino menambah keparahan kebakaran hutan terjadi di lereng gunung Lawu wilayah Ngawi. Dari informasi yang kami peroleh karhutla sudah mencapai 20 hektar, kekawatiran merambat hutan pinus akhirnya terjadi juga. Gunung Batok yang terdapat di Desa Kuniran Sine di lokasi petak 2A1, 2A2 dan 2b wilayah Rencana Pengelolaan Hutan (RPH) Salam, sebagai daerah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Lawu Ds sudah tersentuh api.


“ Bersama relawan dan petugas masih melakukan pemadaman rambatan api,” ungkap Adm KPH Lawu Ds Agus Ahmad (29/09)


Karena kesulitan untuk memadamkan api spekulasi dan inovasi terus di lakukan mulai dari pemadaman manual yang dilakukan oleh relawan dan petugas, berencana koordinasi BNPB dengan Water Bombing, hingga modifikasi cuaca guna antisipasi api merambat ke pemukiman warga.
Pada akhirnya setelah pemadaman manual tidak berhasil, kebakaran lereng lawu yang menyedot perhatian semua pihak mengharuskan petinggi Jawa Timur melihat langsung lokasi kebakaran yang terjadi. (03/10) pemadaman lereng gunung lawu mendapat bantuan dari BNPB yakni dengan menurunkan helicopter dari Bandara Halim Perdana Kusuma untuk melakukan water bombing. Setelah melakukan apel dilapangan Desa Sidorejo, Kendal pemadaman dilaksanakan dengan mengambil air dari kolam renang Sengon Hills, yang terletak di Desa Girimulyo, Jogorogo, Ngawi. Dinformasikan karena pekatnya asap saat pemadaman di petak 42 RPH Campurejo dan Petak 19 RPH Banjaran Jogorogo serta Kendal pada akhirnya di tunda hingga besok.


“ Karena jarak pandang dari pilot pemadaman akan dilanjutkan esok hari,” Maxus Baihaki salah satu operator helicopter kepada media.


Sementara Kepala Satgas Penanganan Karhutla BKBH Lawu Utara Letkol Arm Didik Kurniawan water bombing yang dilakukan selama pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Ngawi, telah mengudara selama 17 kali penyiraman 800 – 1000 liter air dan berhasil memadamkan di perbatasan Ngawi dan Magetan di wilayah Kecamatan Kendal, petah 42 masuk Desa Karanggupito.
Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono mencatat pasca kebakaran sedikitnya 1250 hektar terbakar, menurutnya pemadaman kebakaran hutan yang lambat ini dikaranekan beberapa factor yang diantaranya factor cuaca, human error dan tidak adanya akses darat yang menuju lokasi kebakaran.


“ Dengan adanya akses darat menuju lereng gunung lawu, akan menjadi lebih mudah dalam penangan kebakaran hutan dan lahan,” ungkap Mas Ony demikian panggilan akrab Bupati Ngawi.


Kebakaran hutan di Ngawi sudah 4 kali terjadi, dimulai tahun 2015 dengan luasan kebakaran yang sama hampir mencapai 2000 hektar, 2018 dan 2019. Titik api berasal wilayah Jawa Tengah yakni lereng gunung lawu dari Kabupaten Karangayar yang merambat hingga Ngawi. Bupati Ngawi mengharapkan pemerintah pusat memperhatikan situasi ini dari rekam jejak digital akan di ketahui kebakaran hutan ini diakibatkan keterlambatan penanganan secara dini.


“ Sepanjang sejarah kebakaran hutan di Lereng Lawu akibatkan ribuan pohon mati sia-sia karena terbakar. Dengan adanya pembangunan jalur akses darat setidaknya bisa melakukan pemantuan secara dini,” tegasnya.


Akes darat tersebut bisa menjadi sekat bakar, tidak hanya itu petugas kehutanan akan bisa melakukan patroli dengan mudah sehingga apabila muncul titik api bisa diantiisipasi secara dini. Pembangunan sekat bakar dengan pembangunan akses darat ini tidaklah sedikit, wajib adanya perhatian dari pemerintah pusat sehingga akses darat ini bisa menjadi sabuk sekat dari 3 Kabupaten meliputi Karangayar, Ngawi dan Magetan.


“ Bila proyek ini berhasil akan menjadi pilot proyek dalam penangan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi diwilayah pegunungan,” tegas Bupati Ngawi. (Ard)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini