Bahana_Ngawi – Pemerintah Kabupaten Ngawi menyelenggarakan Jamasan Pusaka secara terbuka setelah dua tahun Jamasan Pusaka dilaksanakan secara terbatas karena pandemi Covid-19. Empat Pusaka Kabupaten Ngawi meliputi Tombak Kyai Singkir, Tombak Kyai Songgo Langit,  Songsong Tunggul Wulung, dan Songsong Tunggul Warono.

“Jamasan ini menjadi adat yang turun temurun dilaksanakan oleh pimpinan daerah Kabupaten Ngawi, setelah 2 tahun tidak dapat di selenggarakan karena pandemic Covid-19,”ungkap Bupati Ngawi. Selasa (050722)

Ritual Jamasan Pusaka berjalan begitu khidmat dengan dihadiri langsung oleh Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, Wakil Bupati, Dwi Rianto Jatmiko bersama sejumlah Forpimda lainnya.

Bupati Ony menyampaikan jamasan pusaka menjadi kegiatan rutin setiap tahun saat memperingati Hari Jadi Kabupaten Ngawi. Jamasan pusaka yakni  piandel Kabupaten Ngawi di jamas atau dicuci.

”Piandel Agung yang dulunya digunakan oleh pimpinan terdahulu dalam melawan penjajah kini harus kita refleksi karena hal tersebut merupakan bagian dari uri-uri budaya,” tambah Bupati Ony

Usai pusaka dijamas, akan dilakukan kirab ke Ngawi Purba untuk diinapkan semalam. Selanjutnya keesokan harinya pusaka akan dikirab dari Ngawi Purba kembali ke Pendopo Wedya Graha Kabupaten Ngawi.

Ditambahkan oleh Bupati Ngawi Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono saat ditemui usai upacara jamasan mengungkapkan, pusaka tersebut sebagai saksi sejarah perjuangan di masa lampau. Selain itu, dirinya juga mengungkapkan perlambang kegunaannya.

Soal perlambang dari pusaka itu, Bupati Ony menyebut, sejak dahulu kala, Kabupaten Ngawi telah diproyeksi sebagai wilayah subur makmur.Bupati Ony menambahkan, sejak dahulu, Kabupaten Ngawi telah terkenal sebagai wilayah subur makmur. Hal itu terbukti hingga sekarang, Ngawi menjadi daerah  penghasil padi terbesar di Jawa Timur.

“Ngawi sejak dulu menjadi daerah yang subur hingga saat sekarang masih menjadi penghasil padi terbanyak di Jawa Timur,” ungkapnya.

Menurut Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono, Kirab Pusaka ini dimaknai sebagai wujud penghormatan bagi pejuang terdahulu yang bergerilya dengan berjalan kaki ratusan kilo, “Kita hanya berjalan kurang lebih 1 kilo meter ini simbolis, bagaimana kita menghormati pejuang kita yang sudah sangat luar biasa, tidak hanya mengorbankan materi tapi nyawa. Semangat itulah yang menjadi semangat untuk mempertahankan kemerdekaan dengan guyub rukun bersama masyarakat untuk membangun peradaban yang jauh lebih baik,” ujar Bupati Ngawi usai Kirab Pusaka.

Tidak hanya itu, Ony Anwar juga menjelaskan bahwa kegiatan ini rutin dilakukan untuk melestarikan budaya dan tradisi, “Esensinya adalah kita nguri – uri budaya, yang Insyaallah, akan dilaksanakan dalam serangkaian Hari Jadi,” imbuhnya.

(ard)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini