Bahananews,Ngawi – Juru Martani adalah tokoh cerdik yang merupakan salah satu perintis Kesultanan Mataram, ia menjabat sebagai Patih pertama dalam sejarah Kesultanan Mataram, bergelar Kyai Adipati Mandaraka. Adipati Mandaraka sangat visioner dan dikenal sebagai Patih yang memerintahkan penghijauan seluruh wilayah kesultanan Mataram. Namun beda kisah beda cerita Juru Martani yang diangkat dalam Tarian Kolosal oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi, mengisahkan tentang perjuangan Juru Martani (Mertani).  Tema Juru Martani ini diangkat dari perjuangan bangsa Indonesia dalam bertempur melawan penjajah (Belanda:red). Kisah ini sejarah masa lalu dimana Pangeran Diponegoro meminta para petani agar turut ikut menjadi pejuang yang disebut “Wirotani”.

Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono mengatakan bahwa Juru Martani sendiri memiliki makna yaitu Juru artinya ahli dan Martani artinya penghidupan yang merata. Jadi Juru Martani merupakan orang yang ahli dalam memberikan penghidupan yang merata. Mereka para petani dahulu, pada pagi harinya melakukan aktifitas sebagai petani yang menjadi mata pencahariannya. Pada sore hari mereka melakukan rutinitas dengan berdoa dan membaca Al-Qur an secara bersama-sama, namun pada malam harinya para petani ini bergerilya melawan penjajah.

“Sebagai bentuk menghargai jasa para pahlawan dan perjuangan mereka tidak hanya para tantara namun petani-petani kita dahulu dimana banyak mengambil peran dalam melawan dan mengusir penjajah,” ungkap Ony Anwar Harsono.

Pagelaran kolosal yang dilaksanakan di Benteng Pendem Van den Bosch, dengan melibatkan 80 penari ditambah pengrawit dan crew sebanyak 125 yang dikemas apik dalam bentuk sendratari oleh Wahyu Santoso Prabowo, yaitu sutradara sekaligus penulis naskah, Sabtu malam (11/11/2023).

Sebelum pagelaran berlangsung area Ngawi sempat diguyur hujan, namun animo masyarakat Ngawi sangat tinggi tetap menyaksikan pertujukan spektakuler. Dikemas dengan apik sepertihalnya pagelaran spektakuler yang acapkali berlangsung di Jawa Tengah. Berlatarbelakang Benteng Van De Bosh ini, kita seakan – akan merasakan perjuangan para petani dalam melawan dan mengusir penjajah. Sebagai tampilan perdana dalang cilik Bernadio Aditya Prayogo, putra dari wakil Bupati Ngawi memperagakan adegan perang Bharatayuddha secara apik. 

“Kami ingin menunjukkan bahwa Ngawi punya cerita, Ngawi punya hal yang bersejarah dalam memerangi penjajah,” tambah Bupati Ngawi.

Penambahan konsep bertanian dalam mempertahankan kelangsungan hidup tersirat  konsep cerita ilustrasi yang mengangkat suatu kegiatan di masyarakat, utamanya sektor ketahanan pangan dengan memaknai bahwa Juru Martani adalah sebuah tindakan dalam mengangkat kesejahteraan dengan menerapkan pola Pertanian Ramah Lingkungan sehingga pertanian yang diusung oleh Bupati dan Wakil Bupati terpilih, seakan keadaan pertanian  kembali pada tatacara pertanian tempo dulu yang tidak mengandalkan zat kimia. 

“ Kabupaten Ngawi adalah Kabupaten yang gemah ripah terbukti menjadi lumbung pagi Jawa Timur dan Nasional, hal ini harus kita pertahankan,” jelasnya.

Usai tampilan dalang cilik serangkain cerita mulai tergambar, dari keseharian para petani meladang di sawah. Hingga strategi gerilya saat para prajurit kompeni yang berpesta minuman keras didatangi sehingga berhasil menumpas mereka. Lantunan music yang di konsep apik oleh kareografer Dewi Galuh Sintosari sangat berkalaborasi dengan music komtemporer hasil besutan aransemen Gondrong Gunarto.

“Apabila tidak hujan pertunjukan ini bakal ramai penonton,” ungkap Rima salah satu penonton asal warga Ngawi.  

Adegan berlajut dengan munculnya sosok Wiro Tani yang diperankan oleh Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono, sebagai seorang kepercayaan Pangeran Diponegoro (diperankan oleh Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto Jatmiko), mempunyai tugas dan tanggung jawab mengentas kelaparan akibat ulah para kompeni Belanda.

“Penjajah Belanda memang semena-mena menguras hasil bumi para petani, namun mereka membiarkan para petani sengsara kelaparan dan kemiskinan,” tambah Bupati Ngawi berperan sebagai Wiro Tani.

Sebagai titik klimaks pagelaran Bupati Ony Anwar Harsono bangga dengan para petani-petani Ngawi yang terus berjuang mengisi kemerdekaan melalui ketahanan pangan, Sebagai generasi penerus kita wajib mempertahankan dan berusaha semaksimal mungkin ketahanan pangan di Kabupaten Ngawi tetap terjaga.

“Dalam memperingati hari pahlawan Kabupaten Ngawi menyuguhkan tarian kolosan yang bisa berkelanjutan di dengungkan oleh insan kesenian dan menjadi tarian syarat dengan kisah perjuangan para pahlawan,” tegas Mas Ony. 

Pentas kolosal Juru Martini, juga dimeriahkan oleh bintang tamu Cak Yudho Bakiak serta Cak Lodong serta didukung oleh seniman dan sanggar seni yang ada di Kabupaten Ngawi. (ard)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini